Selasa, 05 Februari 2019

BELAJAR BUDIDAYA IKAN CUPANG BAGI PEMULA




Hasil gambar untuk ikan cupang jantan dan betina

Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mudah dipelihara. Budidaya ikan cupang tidak memerlukan tempat luas dan modal yang besar. Bisa dilakukan sebagai usaha rumahan.
Ikan cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar dari daerah tropis. Banyak ditemukan di perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di alam bebas ikan ini hidup berkelompok. Habitatnya ada di rawa-rawa, danau, dan sungai yang arusnya tenang.

Salah satu keistimewahan ikan cupang adalah daya tahannya. Sanggup hidup dalam lingkungan air minim oksigen. Bisa dipelihara dalam toples kecil tanpa menggunakan aerator. Kemampuan ini didapat karena ikan cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia. Labirin tersebut bisa membuatnya bertahan pada lingkungan miskin oksigen.

Mendapatkan Bibit Ikan Cupang Berkualitas

Untuk mendapatkan bibit ikan cupang berkualitas harus dilakukan pemeriksaan yang cermat. Kalau Anda bibitnya adalah bibit beli, maka Anda harus cermat membeli agar ikan cupang hasil ternak Anda berkualitas tinggi.
Hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan bibit ikan cupang berkualitas termasuk induk betina dan jantan yaitu:
  • Lihat sirip perut, ekor dan dubur apakah ada cacat.
  • Hindari sisik ikan yang ada luka.
  • Indukan jantan di cek tingkat agresifnya dengan mendekatkan jari tangan. Apabila indukan jantan memasuki mode menyerang karena melihat jari tangan Anda berarti indukan jantan tersebut berkualitas.
  • Tanyakan apakah indukan tersebut sudah pernah melakukan perkawinan atau belum.
  • Lihat mata ikan apakah ada bermasalah atau tidak.
  • Kondisi harus bugar, bebas penyakit atau cacat.
Beda Ikan Cupang Jantan dan Betina

Ikan cupang jantan dan betina sebenarnya sangat mudah dibedakan. Bagi penyuka ikan cupang dalam waktu singkat pasti bisa langsung mengenali ikan cupang jantan dengan yang betina.

Berikut adalah gambar perbedaan dari ikan cupang betina dengan ikan cupang jantan.

Hasil gambar untuk ikan cupang jantan dan betina

Cara membedakan cupang jantan dengan betina:
  1. Pada cupang jantan, gerakannya lincah dan cenderung indah. Sedangkan cupang betina nampak lamban dan lusuh.
  2. Sirip ekor pada cupang jantan lebih besar dan lebar. Pada cupang betina sirip ekor tampak kecil.
  3. Perut pada cupang jantan langsing, sedangkan cupang betina nampak berisi.
Persiapan Wadah dan Tumbuhan Pendukung

Wadah yang dibutuhkan adalah akuarium dengan ukuran minimal 30cm x 30cm. Kemudian wadah juga harus dimasukkan tumbuhan pendukung yaitu kapu-kapu (pistia stratiotes). Jika di daerah Anda tidak ada tumbuhan ini bisa juga menggunakan eceng gondok.

 Hasil gambar untuk eceng gondok
 Gambar. Eceng gondok

Sangat disarankan menggunakan tumbuhan kapu-kapu karena tumbuhan ini sering ada di habitat alami ikan cupang. Selain itu, akar tumbuhan ini lebih pas menopang gelembung-gelembung yang nantinya digunakan untuk penempatan telur ikan.



Hasil gambar untuk apu-apu
 Gambar. Apu-apu

Tumbuhan kapu-kapu sering disebut juga dengan nama apu-apu. Di daerah saya tumbuhan ini cukup sulit ditemui.

Masukkan air yang sudah di endap setinggi 10 ~ 15 cm dari dasar wadah. Batasan air 15 cm agar ikan cupang jantan tidak kecapekan memungut banyaknya telur setelah pembuahan terjadi.
Biarkan selama minimal 2 hari barulah wadah siap digunakan.

Proses Perkenalan dan Perkawinan Ikan Cupang


1. Masukkan Pejantan di Wadah Selama 1 Hari
Masukkan terlebih dahulu ikan cupang yang jantan ke wadah pijah selama 1 hari agar terbiasa. Beri makan yang banyak agar ikan cupang jantan gemuk. Beri makan juga ikan cupang betina gemuk karena ketika proses pemijahan, ikan ini tidak makan apapun.

Hasil gambar untuk budidaya ikan cupang
 
2. Kenalkan dengan Betina
Sebelum memasukkan ikan cupang betina ke dalam wadah pijah, pisahkan dulu pada wadah kaca yang berbeda. Untuk membuat ikan ini saling kenal maka biarkan ikan cupang jantan bisa melihat cupang betina.

Gambar terkait

Jika cupang jantan siap kawin, maka dia akan mengeluarkan buih-buih di sekitar tumbuhan apung yang Anda masukkan. Setelah buih cukup banyak barulah ikan cupang betina bisa dicampur ke wadah pemijahan.

 Gambar terkait

3. Proses Pemijahan Ikan Cupang

Pada awal pencampuran, ikan cupang betina akan di hajar habis-habisan oleh ikan cupang jantan. Cara ini dilakukan pejantan untuk menaklukkan ego dari ikan cupang betina.
Pada ikan cupang, dibiarkan saja kalau terjadi hal ini. Biasanya setelah 1 harian, akan baikan kedua ikan dan terjadilah proses pemijahan. Proses itu biasanya terjadi pada pagi hari sekitar jam 9 pagi.

Hasil gambar untuk budidaya ikan cupang
Proses pemijahan ditandai dengan melilitnya ikan cupang jantan pada tubuh ikan cupang betina. Setelah melilit beberapa lama, ikan cupang betina akan mengeluarkan telur. Ikan jantan akan segera memungut telur yang telah dibuahi dengan mulutnya dan memasukkannya pada buih yang telah dibuatnya.

4. Memisahkan Betina
Walaupun Anda menutup keempat sisi wadah, Anda masih bisa melihat aktivitas ikan dengan mengintip. Pastikan ikan tidak mengetahui sedang di intip agar tidak terjadi kegagalan.

Setelah indukan betina tidak mengeluarkan telur lagi, maka segera keluarkan dari wadah pemijahan. Jika tidak dikeluarkan hanya akan terjadi dua hal yaitu adu jotos indukan jantan dengan betina atau telur-telurnya dimakan cupang betina.

 Hasil gambar untuk telur ikan cupang

5. Pisahkan Pejantan

Telur akan menetas setelah kurang lebih 2 hari. Biarkan saja burayak dengan ayahnya selama 3 hari. Pada hari keempat, Anda bisa memberikan kutu air untuk dimakan burayak dan indukan jantan.

 Hasil gambar untuk anak ikan cupang

Pemberian makan pada indukan jantan tidak boleh terlalu lama. Apabila indukan jantan memangsa burayak, segera beri makan walaupun belum sampai hari keempat.
Hal ini bisa terjadi karena kelelahan, kecapekan dan kelaparan pada indukan jantan setelah proses pemijahan.

 Hasil gambar untuk anak ikan cupang

Jika Anda merawat dengan benar, setelah 2 minggu barulah indukan jantan dikeluarkan dari wadah.
PENTING! perhatikan seksama proses perawatan dari induk jantan kepada burayak. Apabila Anda lihat indukan jantan memangsa burayak padahal sudah Anda beri makan kutu air, segera keluarkan dia. (Hal ini bisa terjadi karena indukan jantan berumur kurang dari 5 bulan)
Perawatan Anakan Ikan Cupang (Burayak)

Perawatan pada burayak setelah lepas dari indukan jantan tidaklah terlalu sulit. Hal yang harus diperhatikan dalam perawatannya adalah:

  1. Apabila wadah terlihat padat oleh burayak, segera pindahkan pada wadah lebih besar.
  2. Beri makan kutu air dan jentik merah secara berkala apabila burayak dipersiapkan untuk di laga.
  3. Anda bisa memasukkan daun ketapang pada wadah untuk menjaga burayak dari infeksi jamur dan bakteri. (Daun ketapang harus di proses dulu sebelum dimasukkan).
  4. Ganti air secara bertahap apabila sudah tampak keruh.
  5. Masukkan aerator dan setel oksigen tingkat menengah agar menjaga burayak tidak kehabisan oksigen.
  6. Setelah 1,5 bulan sejak menetas, ikan-ikan ini sudah boleh dipisahkan menurut jenis kelaminnya ke wadah yang berbeda.
  7. Khusus ikan cupang jenis kelamin jantan, pisahkan ikan pada wadah-wadah yang berbeda agar tidak saling serang.
Gambar terkait

Pakan Alami untuk Burayak Ikan Cupang

Pakan alami adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Pakan alami biasanya adalah organisme yang menghuni perairan seperti rawa, kolam, sungai situ, danau dan lain lain. Pakan alami makin banyak jenisnya mulai dari plankton, hewan kecil, serangga, larva serangga, larva ikan dan lain lain. Pakan alami bisa di dapat dengan jalan budidaya maupun mengangkap di alam. Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat bergantung dengan musim dan kualitasnya sangat beragam. Karena itulah pakan alami perlu di Budidayakan.
 
Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena pakan alami dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang Burayak Cupang untuk memakannya. Pada Burayak, setelah kuning telur habis perlu diberikan tambahan pakan supaya Burayak tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi adalah Bayi-bayi tersebut belum biasa mendapatkan pakan dan bukaan mulut Burayak masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami (contohnya : infusoria, Daphnia dan Artemia) akan merangsang larva memakannya dan ukurannya yang kecil cocok dengan bukaan mulut Burayak Cupang.
 

MOINA

Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama “kutu air”. Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 – 1,8 mm dan berwarna kemerahan.
Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu).

Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali.
Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari.

Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 – 9.
jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut.

DAPHNIA

Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antena yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut.

Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali.

Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor.
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 °C dan pH antara 6,5 – 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri, fitoplankton dan detritus. Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya.

KULTUR MOINA DAN DAPHNIA

A. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan ketinggian 1 meter.
- Pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos (kebutuhan masing-masing 1-1,5
kg/m3 air media)
- Kantong waring untuk tempat pupuk dan tali pengikat.

B. Pelaksanaan :- Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian minimal 70 – 80 cm, untuk menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina maupun Daphnia dari pengaruh langsung sinar matahari.
- Siapkan pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos dengan dosis masing-masing sebanyak 1 kg/m3 untuk budidaya Moina, sedangkan pada budidaya Daphnia kotoran ayam 1,5 kg/m3 dan kompos 1 kg/m3.
- Masukkan pupuk kandang tersebut ke dalam kantong waring, ikat dan masukkan ke dalam kolam budidaya.
- Satu hari kemudian masukkan bibit Moina 2 gram/m3 atau sekitar 3 – 4 ekor/10 ml dan Daphnia sebanyak 5 gram/m3.

C. Pemanenan
- Moina mulai dipanen pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dari pemupukan awal, sedangkan Daphnia pada hari ke-21 dan setelah itu pemanenan dapat dilakukan setiap hari selama 3 minggu sebanyak 25 gr/m3 .
- Untuk budidaya Moina pemupukan ulang sebanyak 0,2 dosis dari pemupukan pertama dapat dilakukan pada hari ke-4 setelah pemupukan awal. Sedangkan pada budidaya Daphnia, pemupukan ulang dilakukan sebanyak 0,5 dosis seminggu setelah pemupukan awal .
Pada budidaya Moina untuk menjamin penyediaan pakan alami secara terus menerus diperlukan paling sedikit 3 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai pada hari ke empat dari pelaksanaan budidaya kolam ke-1. Sedangkan budidaya kolam ke-3 dimulai pada hari ke empat setelah pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai. Dengan demikian pemanenan Moina dapat dilakukan setiap hari secara terus-menerus, mulai hari ke-7 sampai hari ke10, sebanyak 200 – 400 gr/m3 air.

Untuk mendapatkan Daphnia setiap hari diperlukan 2 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dilakukan pada hari ke-20 setelah pelaksanaan budidaya pada kolam ke-1. Pemanenan Daphnia dapat dilakukan setiap hari mulai hari k
e-21 selama tiga minggu, dengan jumlah 25 gr/m3/hari.

INFUSORIA

Infusoria adalah nama untuk berbagai jenis binatang bersel tunggal yang termasuk golongan protozoa. Infusoria berukuran antara 40-100 mikron. Ukuran ini sesuai dengan ukuran mulut larva ikan, sehingga banyak di budidayakan untuk digunakan sebagai pakan.

Berdasarkan alat geraknya, infusoria dibedakan menjadi 2 yaitu ciliata dan flagellata. Ciliata adalah infusoria yang bergerak menggunakan rambut getar (cilia). Yang termasuk ciliata adalah Paramaecium caudatum, Didinium narutum, Calpodium capulum,dll. Flagellata adalah infusoria yang bergerak dengan menggunakan bulu cambuk (flagel). Yang termasuk flagellata adalah Euglena viridis, Pandorina sp, Chilomonas sp, dll.

Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana terjadi proses pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang lebih kecil misal ganggang renik dan ragi.
Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhuhan air.

KULTUR INFUSORIA

A. Bahan-bahan yang diperlukan, antara lain :
- Bak/ember plastik ukuran 15 liter (jumlah Ember/ bak tergantung keperluan)
- Media budidaya terdiri dari kulit Pepaya matang, daun Kol/Selada atau pelepah pisang (gunakan salah satu media).
- Kain kasa untuk pembungkus sayuran dan tutup ember.
- Air kolam atau empang sebagai sumber bibit Infusoria

B. Pelaksanaan :
- Isi bak/ember dengan air sampai sekitar 10 liter
- Masukkan salah satu bahan (kulit Pepaya matang, daun Kol atau pelepah pisang) kedalam ember sebanyak 250 – 300 gram yang telah dibungkus kain kasa dan diikat.
- Tambahkan sekitar 2 – 3 gayung (1 – 2 liter) air empang/kolam, untuk memasukkan bibit Infusoria yang akan dibudidayakan
- Letakkan ember/bak plastik yang telah terisi kultur Infusoria pada tempat terlindung dari panas matahari dan hujan, untuk menghindari perubahan suhu yang tidak diinginkan.
- Tutup ember media budidaya dengan kain kasa untuk menghindari jentik nyamuk atau hewan lain masuk ke dalamnya.

C. Pemanenan :
- Pada hari ke-3, amati adanya lapisan tipis warna putih seperti awan di atas permukaan air media yang menandakan Infusoria sudah berkembang dengan baik (puncak populasi Infusoria biasanya terjadi pada hari ke-4 dan hari ke-5)
- Ambil lapisan putih tersebut dengan menggunakan mangkuk atau piring kecil untuk diberikan pada benih ikan.

- Satu siklus budidaya Infusoria (selama 1 minggu) dapat digunakan untuk makanan benih ikan sampai benih tersebut siap memakan jenis pakan alami yang lebih besar yaitu Moina dan Daphnia. Biasanya pemberian pakan alami Infusoria hanya berlangsung selama 2 – 3 hari.

Jenis Infusoria yang berkembang dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan. Setiap media memiliki pH tertentu yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan benih ikan, apabila pemberian Infusoria dilakukan secara berlebihan. Pada media kulit pepaya jenis Infusoria yang dominan adalah Chlamydomonas sp. dan Colpoda sp. Sedangkan pada media kol, pelepah pisang dan daun kipahit adalah Paramaecium sp. dan Euglena sp. Media kulit pepaya dan pelepah pisang menunjukan pH yang cenderung asam dan ini disukai ikan Neon tetra, sedangkan pada media kol dan daun kipahit pH cenderung netral. Akan tetapi secara umum semua jenis media dapat digunakan untuk budidaya Infusoria. Pemberian lnfusoria ke benih ikan yang baru menetas, temyata dapat meningkatkan derajat kehidupan benih menjadi 60 – 80%.

DAPHNIA MAGNA
Menurut Pennak (1989),
klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut :

-Filum : Arthropoda

-Subfilum : Crustacea

-Kelas : Branchiopoda

-Subkelas : Diplostraca

-Ordo : Cladocera

-Subordo : Eucladocera

-Famili : Daphnidae

-Subfamili : Daphnoidea

-Genus : Daphnia

-Spesies : Daphnia magna

KULTUR SI KUTU AIR RAKSASA

Berdasarkan FAO (1996), pada sistem kultur massal Daphnia sp. dikenal dua sistem khusus :

1.      Sistem Detrital
Sistem ini adalah sistem yang dibuat dari campuran medium tanah, pupuk kandang, dan air. Pupuk kandang berfungsi sebagai pupuk alami untuk menginisiasi peningkatan jumlah alga yang merupakan pakan Daphnia sp. Campuran pupuk kandang berbanding tanah ialah 1kg : 200 gr bagian dilarutkan dalam air satu liter. Sistem ini memiliki keuntungan karena mudah untuk dirawat dan Daphnia tidak mudah mengalami defisiensi nutrisi, karena alga yang beragam dalam jumlah berlimpah. Sistem ini memiliki kelemahan karena tidak cukup mendukung kondisi standar kebutuhan (tidak terkontrol) Daphnia, sehingga dapat terjadi kondisi minimnya oksigen yang menyebabkan tingginya tingkat kematian Daphnia dan rendahnya produksi telur.

2.    Sistem Autotrof
Sistem autotrof adalah cara lain dengan menambahkan alga yang sudah dikultur ke dalam kultur Daphnia. Kultur air hijau (105 to 106sel.ml-1) ditambahkan dari alga yang dikultur secara monokultur ataupun dari tambak ikan yang memiliki spesies alga yang beragam. Pengontrolan kultur akan lebih mudah jika alga yang digunakan adalah monokultur, seperti ChlorellaChlamydomonas atau Scenedesmus, atau campuran dari dua kultur alga tersebut. Kelemahan sistem ini adalah tidak mampu mempertahankan kultur Daphnia untuk generasi yang berlanjut tanpa tambahan vitamin ke dalam kultur Daphnia. Vitamin tersebut antara lain vitamin B kompleks, kalsium pantotenat, biotin dan thiamin.

5. Parameter Kualitas Air

5.1 Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang penting bagi semua organisme akuatik. Batas toleransi setiap organisme terhadap suhu berbeda-beda, tergantung dari fisiologi organisme tersebut. Di perairan suhu berpengaruh terhadap kelarutan oksigen, yang penting bagi keberlangsungan hidup mayoritas organisme akuatik. Pada percobaan kali ini suhu dipertahankan pada suhu optimal pertumbuhanDaphnia sp. yaitu 250C . Suhu optimal yang stabil akan menjaga pH dan DO dapat tetap stabil (Mokoginta, 2003).

5.2 Nilai pH
Nilai pH atau potential hydrogen merupakan indikator konsentrasi ion hidrogen yang menggambarkan konsentrasi asam. Nilai ini berbanding terbalik dengan suhu, semakin tinggi suhu menyebabkan pH semakin rendah.

Menurut Pennak (1989), pH yang baik untuk pertumbuhan Daphnia sp. Berkisar antara 6,5 sampai 8,5. Pada umumnya, lingkungan perairan yang netral dan relatif basa pada kisaran pH 7,1-8,0 lebih baik untuk pertumbuhan Daphnia sp. (Mokoginta, 2003)

5.3 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen atau DO)
Menurut Cole (1994), kelarutan suatu gas (termasuk oksigen) pada medium cair merupakan karakteristik dari gas tersebut sendiri, dan dipengaruhi oleh tekanan, ketinggian suatu tempat, suhu dan salinitas. Kelarutan gas di medium cair menurun seiring dengan naiknya suhu dan banyaknya mineral yang terlarut dalam medium tersebut.( Salmin, 2005)

Oksigen terlarut mempunyai peranan penting dalam kehidupan Daphnia sp. Pada umumnya, Daphnia sp. dapat hidup pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup tinggi yaitu sekitar 4,2 – 5,1 ppm dan tidak dapat hidup pada konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 1 ppm (Mokoginta, 2003), sedangkan menurut Delbaere & Dhert (1996), kadar oksigen terlarut minimum yang  dibutuhkan kultur Daphnia sp. adalah sekitar 3,5 ppm.

5.4 Amonia
Hewan akuatik umumnya mengekskresikan amonia sebagai hasil dari proses metabolisme. Terdapat amonia yang tidak terionisasi (NH3) dan amonia terionisasi atau ion amonium (NH4+). Amonia bersifat toksik bagi larva ataupun organisme perairan seperti Daphnia sp. karena mampu melewati membran organ dalam, sedangkan ion amonium tidak dapat melewati membran tersebut (P.Kungvankij et.al, 1985). Menurut Cole (1994), setiap hari seekor Daphnia pulex melepaskan 0,2 µg nitrogen.

Kadar amonia di perairan akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu dan pH. Kadar amonia yang tinggi dapat menurunkan tingkat reproduksi Daphnia sp. Kadar amonia yang aman bagi kultur Daphnia sp. adalah di bawah 0,2 mg/L (Delbaere & Dhert, 1996).

Persiapan media berupa bak outdoor menggunakan sumber air sumur dengan 
ketinggian air tidak boleh <0,8 m

1. Pemupukan dari kotoran ayam 1500g/m3 dikemas dalam karung dan digantung didalam air.
2. Makanannya adalah renik dan detritus
3. Penebaran bibit dilakukan 18-24 jam setelah pemupukan kepadatan 30 ekr/L.
4. Dilakukan pemupukan lanjutan setelah seminggu sebanyak setengah dari dosis awal
5. Mencapai puncak pada hari ke 7-10

PAKAN JENTIK NYAMUK

Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk bernapas. Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa lokal sebagai (en)cuk atau uget-uget (Jw.).


KULTUR JENTIK NYAMUK

Pengulturan larva nyamuk paling mudah dilakukan karena dapat menggunakan wadah apa pun asalkan dapat menampung air. Untuk mengulturkan larva nyamuk sejumlah pakan untuk sepuluh ekor ikan cupang membutuhkan wadah berukuran minimal 50 cm x 50 cm. Media hidup larva nyamuk dapat menggunakan air limbah dapur bekas mencuci piring yang mengandung nasi atau sampah sisa sayuran. Namun, air limbah dapur tersebut hendaknya tidak mengandung banyak sabun dan minyak.

Adapun tahap pengulturan jentik nyamuk dilakukan sebagai berikut.

-Bersihkan dan saring air limbah dapur dengan serokan dan masukkan ke dalam wadah pengulturan

-Letakkan wadah pengulturan tersebut di tempat teduh dan biarkan selama satu minggu hingga terlihat larva nyamuk di dalamnya

-Panen larva nyamuk tersebut dengan serokan kecil berdiameter 10 cm yang terbuat dari kain perca (kain berlubang halus)

-Buang kepompong nyamuk jika jumlahnya di permukaan air sudah terlalu banyak.

-Tambahkan air limbah yang baru jika air media terlihat menyusut jumlahnya.


Sember Referensi 
https://www.areablogger.com/cara-budidaya-ikan-cupang/
https://alamtani.com/budidaya-ikan-cupang/
http://www.daftarikanhias.web.id/perbedaan-ikan-cupang-jantan-dan-betina/
https://himehimawa.wordpress.com/ikan-cupang/ciri-ciri-ikan-cupang-betina-dan-jantan/
https://kingaquarior.weebly.com/pakan-hidup.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar