HIU
PAUS, Rhincodon typus,
adalah hiu pemakan plankton yang merupakan
spesies ikan terbesar. Cucut ini mendapatkan namanya (Ingg.: whale shark)
karena ukuran tubuhnya yang besar dan kebiasaan makannya dengan menyaring air
laut menyerupai kebanyakan jenis paus.
Disebut pula dengan nama geger lintang (dari bahasa Jawa: punggung berbintang) dan hiu tutul (nama
yang cenderung menyesatkan, karena banyak jenis cucut yang berpola tutul),
merujuk pada pola warna di punggungnya yang bertotol-totol, serupa bintang di
langit.
Hiu ini mengembara di samudera tropis dan lautan
yang beriklim hangat, dan dapat hidup hingga berusia 70 tahun. Spesies ini
dipercaya berasal dari sekitar 60 juta tahun yang lalu.
DESKRIPSI
Cucut geger lintang merupakan hewan terbesar yang
masih hidup di dunia, di luar paus.
Ukuran rata-rata hewan dewasa diperkirakan sekitar 9.7 meter (31.8 ft) dan
seberat 9 ton. Spesimen terbesar yang dapat diverifikasi, adalah yang
tertangkap pada 11 November 1947, di Karachi, Pakistan.
Panjangnya sekitar 12.65 meter (41.50 ft) dan beratnya lebih dari 21,5
ton, sementara lingkar badannya sekitar 2.1 meter (6.9 ft). Bukan jarang
kisah-kisah mengenai geger lintang yang berukuran jauh lebih besar –
dengan panjang hingga 18 meter (59 ft) dan berat hingga 45,5 ton –
namun sejauh ini tidak ada bukti-buktinya secara ilmiah.
Sebagai pemakan plankton, yang memperoleh
mangsanya dengan menyaring air laut, hiu paus memiliki mulut yang berukuran
besar, hingga selebar 1.5 meter (4.9 ft) yang berisikan 10 lembaran
penyaring dan sekitar 300 hingga 350 deret gigi kecil-kecil. Ikan ini juga memiliki
lima pasang insang berukuran besar. Dua
mata yang kecil terletak di ujung depan kepalanya yang datar dan lebar. Warna
tubuhnya umumnya keabu-abuan dengan perut putih; tiga gigir memanjang terdapat
di masing-masing sisi tubuhnya, serta lukisan bintik-bintik dan garis kuning keputih-putihan
yang membentuk pola kotak-kotak. Pola bintik-bintik – yang mengesankan
sebagai taburan bintang – itu bersifat khas untuk masing-masing individu,
dan acap digunakan dalam perhitungan populasi. Kulitnya hingga setebal 10
sentimeter (3.9 in). Sirip
punggung dan sirip dada masing-masing sepasang. Pada hewan muda, sirip ekornya
lebih panjang yang sebelah atas; sementara pada hewan dewasa sirip ini lebih
berbentuk seperti bulan sabit.
HABITAT
Geger lintang menghuni semua lautan tropika dan ugahari yang bersuhu
hangat. Ikan ini diketahui beruaya setiap musim semi ke wilayah paparan benua
di pesisir Australia barat. Musim berpijah hewan-hewan karang di Terumbu Karang
Ningaloo diketahui telah meningkatkan ketersediaan plankton bagi ikan-ikan
besar ini. Meskipun biasanya hidup menjelajah di tengah samudera luas, secara
musiman terlihat adanya kelompok-kelompok geger lintang yang mencari makanan di
sekitar pesisir benua, seperti di Australia barat itu; di Afrika Selatan
(pantai selatan dan timur); Belize; Filipina; India; Indonesia; Honduras;
Madagaskar; Meksiko; Mozambik; Tanzania; serta Zanzibar. Tidak jarang ikan-ikan
ini terlihat memasuki laguna
atau atol, atau mendekati estuaria (muara sungai).
Wilayah jelajahnya pada umumnya tidak melewati
lintang 30°, utara maupun selatan. Cucut ini diketahui mampu menyelam hingga
kedalaman 1,286 meter (4,219.160 ft), dan tergolong ikan yang bermigrasi.
Pada 2011 terekam adanya kumpulan geger lintang, terbanyak yang pernah dicatat
orang, yakni hingga sekitar 400 ekor, yang berkumpul di sekitar Semenanjung Yucatan di Meksiko untuk
memangsa larva sejenis ikan tongkol, Euthynnus alletteratus.
MAKANAN
Cucut geger lintang merupakan salah satu dari tiga
spesies cucut, yang diketahui makan dengan cara menyaring air laut. Makanannya
di antaranya yalah plankton,
krill, larva kepiting pantai, makro alga, serta hewan-hewan kecil
nektonik seperti cumi-cumi atau vertebrata kecil. Geger
lintang juga diketahui memangsa ikan-ikan kecil serta hamburan jutaan telur dan
sperma ikan yang melayang-layang di air laut semasa musim memijah gerombolan
ikan.
Cucut raksasa ini makan secara pasif dengan cara
membuka mulutnya lebar-lebar sambil berenang pelahan-lahan, membiarkan air laut
masuk secara leluasa dan keluar di belakang rongga mulut melalui celah insang,
sementara makanannya tersaring oleh lembar-lembar penyaring di mulutnya.
Adakalanya pula, geger lintang makan secara aktif dengan membuka dan menutup
mulutnya, sehingga air laut terhisap masuk rongga mulut dan kemudian tertekan
keluar melalui celah insang. Pada kedua cara itu, air akan menembus lembaran
filter – yang agaknya merupakan modifikasi dari sisir saring insang –
secara hampir sejajar dengan lembar-lembar itu, dan bukan dengan arah tegak
lurus terhadapnya; sementara aliran makanan yang lebih pekat terus berjalan ke
kerongkongan ikan. Deretan gigi-gigi kecil di mulut ikan ini agaknya tidak
berperan dalam proses makan.
Sesekali,
geger lintang terlihat ‘batuk’ dalam air; boleh jadi ini mekanisme untuk
membersihkan lembaran filter dari kotoran yang menyumbatnya. Hiu ini diketahui
bermigrasi dalam jarak jauh untuk mendapatkan makanannya, dan mungkin juga
untuk berbiak.
KONSERVASI
Populasi geger lintang terancam oleh aktivitas
penangkapannya (dengan menggunakan harpun), atau secara tak sengaja terbawa
dalam jaring ikan. Nelayan di berbagai tempat (India, Pakistan, Maladewa,
Taiwan, dan Filipina) menangkap dan memperdagangkan ikan ini untuk dagingnya,
minyak liver, serta siripnya yang berharga mahal.
Di Indonesia, hampir setiap tahun diberitakan
adanya hiu tutul yang terdampar di pantai atau terjerat jaring nelayan. Catatan
ini setidaknya ada mulai tahun 1980, ketika seekor geger lintang terdampar di
pantai Ancol, hingga baru-baru ini, tatkala dua ekor ikan serupa tersesat dan
mati di pantai selatan Yogyakarta di bulan Agustus 2012. Akan tetapi, kejadian
terbanyak adalah di sekitar Selat Madura, di mana tingginya lalu lintas kapal
dan keruwetan jaring nelayan mungkin menyumbang pada kematian geger lintang di
setiap tahunnya.
IUCN, badan konservasi dunia, karenanya memasukkan populasi geger lintang ini
ke dalam status Rentan (Vulnerable). Kerentanan menghadapi penangkapan
ikan komersial ini disimpulkan karena nilainya yang tinggi dalam perdagangan,
sifatnya yang selalu mengembara dan bermigrasi dalam jarak jauh, sifat hidupnya
yang menurut pola seleksi-K, serta kelimpahan umumnya yang rendah. Bersama
dengan enam spesies hiu yang lain, geger lintang juga telah dimasukkan ke dalam
daftar Memorandum of Understanding (MoU) on the Conservation of Migratory
Sharks di bawah Konvensi Bonn.
Upaya konservasi dan perlindungan jenis ini juga
telah dilakukan beberapa negara, terutama berupa larangan untuk memburu,
menangkap, dan memperdagangkan cucut besar ini. Filipina, misalnya, telah
menerbitkan larangan menangkap, menjual, mengimpor atau mengekspornya sejak
1998. Larangan ini kemudian diikuti oleh India pada 2001 dan Taiwan pada 2007.
Maladewa bahkan telah melindunginya semenjak 1995. Akan tetapi di Indonesia
hewan ini masih belum mendapatkan perhatian yang cukup memadai.
CATATAN TAKSONOMIS
Cucut ini adalah satu-satunya anggota dari marga Rhincodon dan suku Rhincodontidae (disebut Rhiniodon
dan Rhinodontidae sebelum 1984), termasuk subkelas Elasmobranchii
pada kelas Chondrichthyes.
Geger lintang mulai dikenal dunia ilmu pengetahuan pada April 1828, ketika
seekor ikan dari jenis ini terkena harpun di Afrika Selatan. Spesimen sepanjang
4.6 meter (15.1 ft) itu kemudian dideskripsi pada tahun berikutnya oleh
Andrew Smith, seorang dokter tentara dan ahli zoologi yang tinggal di Cape Town.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Hiu_paus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar